Senin, 12 Juli 2010 | 16:07 PANDEGLANG – Pembangunan sarana air bersih di Desa Kadubale, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang, Banten, belum merata.
Buktinya
puluhan warga di Kampung Gorobog, Desa Kadubale, Kecamatan Banjar masih
memanfaatkan air irigasi Cikuranten untuk mandi, bersuci, dan mencuci
pakaian.
Warga terpaksa melakukan hal itu, karena belum dibangun sarana Mandi Cuci Kakus (MCK). "Kami tak mungkin menggunakan air irigasi jika ada sumber air lain,” kata Ny Sunirah, warga Kampung Gorobog, Desa Kadubale.
Diketahui,
sebelum digunakan, air kotor yang berasal dari irigasi Cikuranten
ditampung warga dalam bak berukuran 10 x 5 meter. Air disalurkan
melalui selang bawah tanah.
Sunirah mengaku, pemanfaatan air
irigasi oleh warga sudah berlangsung puluhan tahun. Saat itu, Kampung
Gorobog masih dihuni beberapa orang.
"Dulu kondisi air irigasi
Cikuranten cukup jernih yang digunakan oleh seluruh warga. Tapi
sekarang berubah yang pakai air ini cuma kami yang kurang mampu. Yang
ekonominya sudah mapan nggak mau lagi memanfaatkan air ini,” katanya
seraya berharap pemerintah membangun sarana MCK sekaligus sumur bor
agar warga tak menggunakan air irigasi lagi.
Samsudin, warga
Gorobog, Desa Kadubale lainnya menambahkan, warga terpaksa menggunakan
air itu karena biaya untuk membuat jet pump atau sumur sangat besar,”
katanya.
Dihubungi lewat telepon Wakil Ketua Komisi II DPRD
Pandeglang, Anton Haerulsamsi meminta Pemkab untuk menganggarkan
pembuatan MCK di Kampung Gorobog.
Kata dia, kebiasaan warga menggunakan air irigasi harus dihilangkan karena mengancam kesehatan masyarakat setempat.
"Ajukan
pembuatan sarana air bersih di kampung itu pada perubahan anggaran
tahun ini. Insya Allah komisi II akan menyetujuinya,” kata Anton. (yus)