Tangerang Berpotensi Gempa Besar, Pemerintah Daerah Disarankan Siapkan Pathway
2010-06-26, 12:25 PM
Sabtu, 26 Juni 2010 TANGERANG - Wilayah Tangerang dan Jakarta, diduga berpotensi terjadinya gempa besar.
Ini ditengarai, akibat adanya pergerakan lempeng di bawah laut yang berinduk pada Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Pasalnya, ketiga wilayah itu masuk dalam garis gempa membentang dari Sinabang hingga Pelabuhan Ratu yang memang berpotensi gempa.
Menurut Pengamat Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Abdul Qohir, warga Kota Tangsel, Tangerang, dan Jakarta harus siap-siap menghadapi gempa yang diperkirakan terjadi dalam waktu dekat ini.
"Daerah itu masuk dalam garis gempa membentang dari Sinabang hingga Pelabuhan Ratu yang berpotensi gempa,” ungkap Abdul Qohir.
Potensi gempa ini, sambung pria pensiunan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ciputat ini, akibat adanya pergerakan lempeng di bawah laut yang berinduk pada Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
"Terjadi erosi terus-menerus di bawah permukaan laut,” tandasnya.
Hal tersebut dibenarkan Kepala Badan Pusat Informasi BMKG Pondok Betung, Kecamatan Pondok Aren, Ahmad Djamin.
Menurutnya, berdasarkan pantauan yang diperoleh BMKG telah terjadi erosi di Pelabuhan Ratu setinggi 2.050 meter dan 600-700 meter dan di bawah permukaan laut Pangandaran.
"Kita harus waspada jika benturan di antara lempeng di bawah permukaan laut ini terjadi. Walaupun tidak bisa diperkirakan waktu tepatnya, pasti akan terjadi,” kata Djamin seraya menegaskan gempa diperkirakan mencapai 8,5 skala richter dan memicu tsunami.
Dia memaparkan, walaupun perkiraan gempa di Padang 23 Desember 2007 lalu tidak terjadi, namun potensi gempa yang dapat melanda Kota Tangsel, Tangerang, dan Jakarta harus diwaspadai.
Sebab, gempa yang diprediksikan tidak lama lagi ini akibat pergerakan lempeng terus sedang terjadi saat ini.
Dikatakannya, yang penting bagi seluruh warga dan harus dipersiapkan oleh pemerintah daerah adalah pathway (jalur untuk evakuasi ke tempat aman).
"Pathway harus segera disosialisasikan ke masyarakat,” tutur Djamin.
Menurut informasi, beberapa hari lalu staf khusus Presiden mengundang ahli dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, Arnold Howitt dan Antony Saich untuk meneliti potensi gempa yang dapat melanda Jakarta dan sekitarnya.
Pasalnya, Jakarta pernah diguncang gempa dahsyat pada tahun 1699, 1780, 1883, dan 1903.
Kedua pakar tersebut berbicara di depan petinggi lembaga-lembaga pemerintah yang terkait dengan kebencanaan, seperti BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), BMKG (Badan Meteorologi dan Geofisika), Badan Geologi ESDM, Badan SAR Nasional, serta akademisi dari perguruan tinggi dan lembaga riset dalam sebuah sesi diskusi di Istana Presiden. (yus)