Rabu, 7 Juli 2010 | 16:32 TANGERANG - Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, mengakui adanya kekerasan yang dilakukan para taruna di dalam kampus.
Terbongkarnya kasus tersebut, setelah beredar rekaman video di masyarakat, selanjutnya pihak STPI akan memberhentikan taruna yang diduga sebagai pelaku kekerasan.
Untuk membuktikan kebenaran aksi tersebut, STPI membentuk Tim Pencari Fakta (TPF), dengan menginterogasi dua pelaku berinisial SI dan DI.
Sedangkan dua pelaku lainnya, yaitu SS dan AM merupakan alumni STPI. Kini keduanya bekerja di salah satu perusahaan penerbangan swasta.
Dalam video tersebut, terlihat empat pelaku melakukan pemukulan dan menendang bagian perut enam orang juniornya.
Ketua Tim Pencari Fakta (TPF), Darwis Amini, kemuturkan kedua taruna melanggar pedoman tata tertib STPI, Bab 10 pasal 19, ayat 3, yang berisikan taruna dapat diberhentikan apabila melakukan pemukulan, penganiayaan dan penekanan fisik antar taruna.
"Adegan di dalam video tersebut termasuk dalam body contact, sehingga keduanya akan dikeluarkan dari sekolah. Sedangkan untuk SS dan AM, kita akan melayangkan surat kepada instansi tempatnya bekerja,” ucap Darwis dalam jumpa pers di STPI Curug, kemarin.
Dikatakan, video yang beredar tersebut memiliki banyak kemiripan, baik taruna pelaku aksi kekerasan, dan taruna yang menjadi korban.
"Lokasi tempat terjadinya juga memiliki kesamaan dengan kampus STPI II, asrama laki-laki,” ungkap Darwis, yang juga Kepala STPI.
Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua TPF, Asri Santosa, menambahkan, dari hasil identifikasi sementara Tim Pencari Fakta yang dibentuk STPI, taruna pelaku aksi kekerasan berasal dari angkatan II, jurusan Managemen Transportasi Udara.
Sementara taruna yang menjadi korban aksi kekerasan, adalah angkatan V, jurusan Operasi Bandar Udara. "Identitas ke enam korban penganiayaan dari senior mereka sengaja kami tidak ungkapkan,”ujarnya.
Namun Asri yang juga menjabat Kepala Bagian Administrasi Akademik dan Ketarunaan STPI ini, enggan mengungkapkan pelaku jurusan serta angkatannya.
SI dan BI melakukan penganiayaan terhadap enam junior mereka bersama dua alumni STPI lainnya, yakni SS dan AM di ruang STPI Curug II pada malam hari, Maret 2010.
Sejauh ini, Asri mengakui pihaknya belum mengetahui alasan penganiayaan terhadap enam taruna STPI yang dilakukan oleh senior mereka, dengan alasan masih dilakukan penyelidikan.
"Sampai kini kedua taruna pelaku penganiayaan masih diperkenankan mengikuti proses belajar di STPI hingga keputusan DK dikeluarkan dalam waktu dekat ini,"katanya.
Asri menjelaskan, hasil interogasi yang dilakukan TPF menyimpulkan, keempat pelaku telah terbukti melakukan penganiayaan berat.
Adapun berkas berita acara pemeriksaan (BAP) kasus kekerasan itu, akan diserahkan kepada Dewan Kehormatan (DK) STPI, untuk memutuskan pemecatan dua taruna tersebut.
"Kami sebagai kecolongan dengan kasus ini, padahal sebelumnya sudah memperketat pengawasan terhadap taruna,” terangnya.
Kedepan, pihaknya akan lebih memperketat pengawasan dengan menambahkan CCTV di setiap lorong barak dan kamar, serta akan menggunakan X-ray. (yus)
