|
Wereng
|
Kamis,
22 Juli 2010 | 16:20
SERANG - Cuaca yang tidak stabil menjadi masalah tersendiri bagi para
petani. Salah satu hama yang paling ditakuti petani di Banten adalah
hama wereng batang coklat (HWBC).
Curah hujan yang tidak menentu,
membuat perkembangan wereng menjadi tidak terkontrol yang bisa
berakibat fatal yakni gagal panen.
Hal tersebut diungkapkan
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Banten, Agus
Tauchid.
Agus mengakui, hama wereng batang coklat sudah
diprediksi bakal muncul di musim yang tidak menentu seperti sekarang.
"Tapi
jauh-jauh hari kami sudah melakukan sikap antisipasi dengan masalah
ini. Salah satunya adalah dengan memberikan penyuluhan langsung kepada
petani terkait hama yang bakal muncul di cuaca ekstrem seperti ini,”
ujar Agus.
Agus mengatakan, sudah membentuk jaringan informasi
yang kuat mulai dari bawah, yaitu petani langsung hingga ke Distanak
terkait ada gangguan hama.
"Jaringan ini dibentuk untuk
mempercepat penyampaian informasi jika ada salah satu lahan warga yang
terserang hama wereng atau hama yang lain. Sehingga kami bisa langsung
ke lokasi dan melakukan pemusnahan dan tidak menyebar ke tanaman lain,”
terangnya.
Agus juga mengakui, kalau akibat cuaca buruk ini sudah
ada lahan pertanian yang terjangkit hama wereng batang coklat.
Tercatat
ada 2.284 hektare sawah yang sudah terserang meskipun tidak sampai pada
tingkat gagal panen.
Dari 2.284 hektare tersebut, tertinggi
dialami petani di Pandeglang yang mencapai 1.108 hektare disusul Lebak
dengan 1.104 hektare dan Tangerang dengan 72 hektare.
Namun Agus
menampik, jika ada serangan hama wereng di tiga daerah tersebut disebut
sebagai salah satu kegagalan pemerintah provinsi dalam mengantisipasi.
Justru
angka tersebut, dikatakan Agus, merupakan angka yang memuaskan
dibandingkan beberapa provinsi yang ada di Indonesia.
Pasalnya angka
2.284 hektare tersebut hanya 1,2 persen dari total pertanian yang ada
di Banten yang mencapai 190 ribu hektare.
"Kategori ini bisa
dikatakan sebagai keberhasilan Distanak dan instansi terkait lain untuk
menjaga kestabilan dan penanganan hama di Banten. Hal ini juga tidak
mengganggu ketersediaan pangan di Banten,” ungkapnya.
Bahkan
Agus memastikan, ketersediaan pangan di Banten tidak akan bermasalah
meski cuaca tidak stabil. Salah satu faktor pendukungnya adalah musim
panen yang tidak serempak di Banten.
"Dengan begitu, perputaran
bahan makanan di Banten tidak surut. Meski musim panen terbesar terjadi
pada Mei. Bisa kita lihat, saat ini saja ada beberapa daerah yang sedang
panen raya tapi ada juga yang masih dalam masa tanam. Ini sangat bagus
untuk menjaga kestabilan pangan di Banten,” ungkapnya.
Selain
hama wereng batang coklat, Agus menambahkan akan ada hama ulat grayak.
Diprediksi ulat grayak akan muncul setelah hama wereng batang coklat.
Namun
hal itu sudah diantisipasi sejak dini. "Salah satunya adalah dengan ada
Pergub Nomor 1 Tahun 2010 tentang gerakan aksi membangun pertanian
rakyat terpadu (gempita ratu), menjadi landasan kami untuk konsisten
melakukan pencegahan dan penanggulangan,” bebernya.
Sementara
itu, terkait cuaca yang tidak teratur seperti sekarang, BMKG belum bisa
memprediksi sampai kapan terjadi. Hanya saja diimbau untuk lebih waspada
karena cuaca yang tidak menentu.
"Yang pasti, kami siap
meskipun cuaca buruk akan berlangsung dalam waktu yang lama. Saya
menjamin tidak akan ada krisis pangan di Banten dengan cuaca seperti
saat ini,” pungkas Agus. (yus)