Sabtu, 26 Juni 2010 SERANG - Debit air Bendung Pamarayan meningkat sejak tingginya curah hujan dalam beberapa hari ini.
Peningkatan debit air paling mencolok terjadi, kemarin (Jumat 25/6) mencapai 188 meter kubik per detik, padahal sehari sebelumnya hanya 6 meter kubik per detik.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bendung Pamarayan, Muhammad Kusrin Junaedi mengatakan, peningkatan debit air pada level 188 meter kubik per detik merupakan tertinggi dalam sebulan terakhir.
Meski demikian, peningkatan tersebut masih dalam ambang batas normal. "Kami baru akan siaga kalau sudah di atas 750 sampai 1.000 meter kubik per detik,” ujar Kusrin.
Menurutnya, Bendung Pamarayan merupakan tampungan air dari Kabupaten Lebak. Jika curah hujan di Lebak tinggi maka debit air yang akan sampai ke Pamarayan juga akan tinggi.
"Kalau hujannya di Pamarayan atau di sekitar Serang, kami tidak terlalu khawatir. Tapi kalau hujannya di Lebak, kami harus waspada,” terangnya.
Pantauan dilokasi, dari delapan pintu air di bendungan itu, hanya empat pintu yang dibuka, yakni empat pintu di bagian barat. Sedangkan empat pintu ke arah timur tidak dibuka karena sedang ada perbaikan.
"Khusus di pintu timur, tidak setiap hari kami buka karena ada perbaikan. Jadi tiga hari distop, lima hari dibuka,” terang Dedi Supandi, petugas pintu air Bendung Pamarayan.
Di tempat terpisah, pengamat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geografi (BMKG) Serang, Eko Widyantoro, memperkirakan bahwa curah hujan akan terus terjadi di seluruh wilayah Indonesia hingga pertengahan Juli mendatang.
Dikatakan, saat ini permukaan air laut di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mencapai 29 sampai 30 derajat celcius. Padahal biasanya di bulan Juni hanya 27 sampai 28 derajat celcius.
"Sekarang ini posisi matahari sedang berada di utara, mestinya di wilayah selatan seperti Indonesia itu sedang musim kemarau dan permukaan air laut juga tidak terlalu panas,” katanya.
Akibat memanasnya permukaan air laut itulah, kata dia, pembentukan awan menjadi mudah dan dampaknya curah hujan di beberapa negara pasifik seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunai menjadi lebih tinggi meski pada musim kemarau. "Ini tidak luput dari pengaruh pemanasan global,”katanya. (bintang)
