BLHD Teliti Pencemaran, Dewan Akan Panggil PT Sulfindo
2010-07-12, 3:50 PM
Senin, 12 Juli 2010 | 18:47 SERANG
– Ketua DPRD Kabupaten Serang, Fahmi Hakim mengatakan, bahwa pihaknya
akan segera memanggil manajemen PT Sulfindo. Pemanggilan terhadap
petinggi perusahaan, untuk dimintai keterangan terkait ledakan tangki
kimia Jumat pekan lalu.
"Kita ingin mendapat keterangan yang
sejelas-jelasnya dari perusahaan, kenapa musibah ini bisa terjadi,”ujar
Fahmi, Senin (12/7).
Menurut Fahmi, pihaknya akan mempertanyakan
dampak lingkungan dan sosial yang terjadi disekitar perusahaan, serta
bagaimana perusahaan tersebut mampu mengatasinya.
"Paling
lambat hari Selasa minggu depan sudah kami panggil, yang datang harus
atasannya langsung. Sebab kami tidak ingin mendapat penjelasan
setengah-setengah,”ujar politisi Partai Golkar ini.
Kepala Badan
Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kabupaten Serang, Anang Mulyana,
mengatakan bahwa berdasarkan temuannya dilapangan, yang meledak di area
perusahaan itu adalah HCL (hydrogen cloroda), bahan kimia yang bersifat
asam.
Menurutnya, jika barang cair itu tersentuh langsung oleh
tubuh manusia, maka bisa berakibat gatal-gatal, iritasi dan bahkan
melepuhnya kulit. "Itu termasuk bahan berbahaya,”katanya.
Meski
berbahaya, namun dari hasil penelitian sementara secara visual, kata
Anang, belum ditemukan pencemaran laut karena perusahaan sudah
menetralisir laut sekitar perusahaan dengan kapur.
"PH atau
tingkat keasaman air lautnya masih ditingkat 6, itu artinya masih
normal, buktinya ikan-ikan masih hidup. Kalau tercemar, PH nya dibawah
6 atau diatas 9,” terangnya.
Handi, salah satu manajer PT
Sulfindo yang dihubungi melalui telepon selular, mengaku siap jika
pihaknya di panggil Dewan, sebab, kata dia, sampai dengan saat ini
pihaknya masih bertanggung jawab dengan musibah tersebut, baik kepada
korban maupun dengan kondisi lingkungan.
"Kami tunggu suratnya kalau memang kami akan dipanggil. Nanti kami jelaskan,”ujar Handi, yang mengaku sedang rapat.
Diberitakan
sebelumnya, tiga unit tangki untuk penampungan cairan kimia, jenis
Hydrochloric Acid (HCL) PT Sulfindo Adiusaha, yang beralamat di Kampung
Pengoreng, Desa Sumuranja, Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang,
Banten, meledak pada Jumat pagi (9/7) sekitar pukul 10.00 WIB.
Akibat
kejadian itu, ratusan kepala keluarga warga di 4 Desa Sumuranja,
Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang, Banten, panik dan mengungsi
menyelamatkan diri ke daerah perbukitan.
Dalam kejadian itu,
satu korban yang tewas seketika dilokasi dengan kondisi mengenaskan,
bernama Jam'ani (57), warga Kampung Sumuranja Rt 14/06, Desa Sumuranja,
Kecamatan, Puloampel, Kabupaten Serang.
Sementara lima korban
yang menderita luka bakar dan dilarikan ke RS Krakatau Medika (RSKM)
Cilegon, yakni tiga orang karyawan PT Sulfindo Adiusaha, bagian loading
HCL, dan dua orang awak mobil truk tangki AJS.
Adapun tiga
karyawan bagian loading HCL, yakni Ramlan Pratomo (45), warga perumahan
Taman Cilegon Indah, Cilegon, Sukani (54) warga Kampung Pengoreng Rt
05/02, Desa Mangunreja, Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang, dan
Husaeri (39), warga Kampung Pengoreng Rt 06/02, Desa Mangunreja,
Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang.
Adapun dua awak mobil
truk tangki AJS dengan nomor polisi L 8149 UZ, yaitu Yayat Suryana
(35), warga Kampung Benggala Rt 08/12, Desa Benggala, Kecamatan Cipare,
Kabupaten Serang, dan satu korban laki-laki dewasa yang hingga berita
ini dikirim, belum diketahui identitasnya.
Sayangnya, terkait
kecelakaan tersebut, Hidayat selaku General Manager PT Sulfindo
Adiusaha, tidak mau ditemui puluhan wartawan yang sudah lama menunggu
disuruh menunggu di pos satpam.
Bahkan, ketika wartawan
sinarbanten yang sempat melakukan konfirmasi melalui nomor seluernya,
Hidayat hanya menjawab singkat."Untuk keterangan kejadian ini, nanti
polisi saja yang memberikan keterangan,"demikian Hidayat menjawab.
Sebelumnya
juga, Muhyi (22) karyawan PT Sulfindo Adiusaha, bagian mekanik, pada
tahun 2008 tewas dilokasi kejadian akibat ada kebocoran pada tangki
kimia, dan korban terjatuh.
"Kecelakaan kerja yang dialami
Muhyi, terjadi sekitar tahun 2008, persisnya setelah lebaran. Muhyi
adalah anak pertama dari 6 bersaudara. Nama orangtua korban, adalah
kang Faudin,"ujar sumber yang minta tidak disebutkan namanya.
Ditambahkan
sumber itu, selain korban tewas akibat kecelakaan kerja, karyawan yang
yang mederita luka-luka bakar juga sering terjadi, namun oleh pihak PT
Sulfindo Adiusaha, selalu ditutup.
"Contohnya, saat kejadian
Jum'at kemarin. Saya melihat ketika teman-teman wartawan hendak
melakukan liputan di lokasi kejadian, pihak perusahaan melarang
wartawan mendatangi lokasi ledakan. Tapi, kenapa selain polisi, pihak
dari Dinas Lingkungan Hidup koq diperbolehkan mendatangi lokasi
kejadian ledakan. Ada apa ? Itu artinya, pihak perusahaan takut, jangan
sampai wartawan tau kalau ada kebobrokan,"ujarnya. (yus)